Edy Rahmayadi: Kiprah Pssi Hanya Membina Atlet, Tidak Hingga Ke Suporter


 Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi meminta kehadiran pemerintah dalam mengatasi duduk kasus suporter bola di Indonesia menyusul kejadian tewasnya seorang suporter Persija.

Hal itu ia ungkapkan dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC)di tvOne, Selasa (25/9/2018) malam.

Edy Rahmayadi mengatakan, PSSI bukanlah forum yang melaksanakan training suporter namun lebih kepada menyiapkan atlet.

Untuk itu, Edy Rahmayadi meminta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) biar pemerintah hadir untuk membantu PSSI dalam kaitannya suporter bola.

"Ada satu yang saya usulkan kepada Menpora, saya memohon kehadiran pemerintah, kehadiran negara, alasannya ialah disitu memang terputus," kata Edy Rahmayadi.

"Jobdesk-nya PSSI itu tidak ada hingga training ke suporter, PSSI hanya membina kepada atlet, penyiapan atlet. Terus siapa yang membina suporter? Nah ini yang perlu kita bahas lagi," terang beliau menambahkan.

Edy meminta pemerintah, biar dapat melaksanakan training terhadap suporter, terkhusus bagi pemerintah daerah.

"Kehadiran pemerintah ini kalau beliau bermain di pemprov, ya gubernurnya itu yang bertanggungjawab," ujar Edy Rahmayadi.

Sebelumnya, Edy menyampaikan kalau pihaknya akan melaksanakan tindakan lebih lanjut pasca kejadian tewasnya kejadian pengeroyokan itu.

"Kami sudah eksklusif tadi kami sudah lapor kepada FIFA. Karena inilah bentuk belasungkawa kami atas terjadinya meninggal dunia. Yang kedua berikan waktu konsolidasi PSSI dengan liga dan klub termasuk fan. Inilah konsolidasi. Kami nanti yang memfasilitasi ini semua," terang Edy.

"Baru kita melanjutkan dalam kongres, ada aturannya. Baru kita susun SOP pengamanan yang lebih baik. Nggak sembarang-sembarang ini. Keempat, kita laporkan kepada AFC dan FIFA. Kelima, kami koordinasikan dan laporkan kepada pemerintah. Keenam, kami akan berbicara eksklusif pada yang bersangkutan wacana keamanan. Inilah langkah-langkah yang kita ambil," terang beliau menambahkan.

Sebelumnya diberitakan, Edy mengucapkan belasungkawa atas kejadian pengeroyokan yang berujung ajal seorang suporter Persija, yang berjulukan Haringga Sirila itu.

Edy Rahmayadi menyampaikan kalau dirinya siap menjadi orang yang bersalah atas kejadian tewasnya seorang suporter itu jelang pertandingan Persib Bandung kontra Persija Jakarta.

"Saat ini tak ada yang mau merasa salah, ya ketua umum PSSI yang salah, saya yang salah," kata Edy Rahmayadi.

Menurut Gubernur Sumatera Utara itu, sepak bola ialah alat pemersatu bangsa.

"Sepak bola itu ialah pemersatu anak bangsa. Kalau gara-gara sepak bola bawah umur bangsa tidak bersatu berarti ada yang salah disini," ujar Edy Rahmayadi.

"Kalau ada yang salah, ayo kita duduk," imbuh dia.

PSSI, kata Edy Rahmayadi, berada di bawah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Untuk itu, Edy selaku Ketua Umum PSSI bertugas menjaga keharmonisan dengan FIFA.

"Saya ketua PSSI ini, saya menjaga sekali keharmonisan bangsa Indonesia dengan FIFA. Makanya kalau suara disana-sini saya nahan aja gitu supaya tidak terjadi. Karena bukan hanya Indonesia, tapi seluruh dunia itu tunduk kepada FIFA," kata dia.

Edy mengatakan, FIFA juga menaruh perhatian eksklusif ketika kejadian pengeroyokan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung itu terjadi.

"Contoh insiden kemarin, FIFA eksklusif telpon apa yang terjadi? Lakukan, cepat ketahui itu wacana hukum, bagaimana kedepan, itu perintahnya FIFA," ujar Edy Rahmayadi.

Lebih lanjut, Edy mengungkapkan telah menjalankan perintah FIFA dan akan segera melaporkannya.

"Sebagai ketua PSSI, saya putuskan ini, dan itu wewenang saya dan saya pertanggungjawabkan ini. Nanti saya laporkan ke FIFA, tembusan kepada pemerintah," tandas Edy Rahmayadi.

Simak video selengkapnya di bawah ini:



Diberitakan Kompas.com, Polisi telah memutuskan delapan oknum suporter sebagai tersangka.

Mereka melaksanakan pengeroyokan hingga menyebabkan Haringga Sirla (23) meninggal dunia ketika akan menonton berkelahi Persib Bandung kontra Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api ( GBLA), Minggu (23/9/2018).

"Sebanyak 16 orang yang sudah diamankan, 8 orang di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M. Yoris Maulana di Mapolres Bandung, Kota Bandung, Senin (24/9/2018).

Para tersangka yang diamankan antara lain B (41), GA (20), CG (20), AA (19), SMR (17), DFA (16), dan JS (31).

Yoris tak menampik adanya kemungkinan penambahan tersangka.

"Kebanyakan (tersangka) dari Bandung, ada juga dari luar Bandung," katanya.

Adapun para pelaku pengeroyokan ini mempunyai kiprah masing-masing.

"Ada yang memukul pakai tangan dan kaki, memukul pakai alat ibarat balok kayu, dan juga helm," katanya.

Dikatakan, penganiayaan ini berawal ketika korban tiba ke Bandung seorang diri untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.

Sesampainya di Bandung, korban dijemput temannya yang merupakan orang Bandung.

Keduanya lalu berangkat dengan memakai sepeda motor.

Namun, sesampainya di GBLA, sekelompok massa melakukan sweeping dan korban pun bersinggungan dengan massa yang melaksanakan pengeroyokan terhadap dirinya.

"Korban eksklusif dikeroyok, hingga balasannya korban meninggal di lokasi kejadian," ujar Kasat Reskrim.

Massa pun balasannya bubar sehabis polisi tiba dan mengevakuasi korban.

Polisi eksklusif bergerak mengidentifikasi pelaku pengeroyokan dan mengamankan sejumlah pelaku.

Saat ini, penyidik masih meminta keterangan terhadap para pelaku.

Koordinasi pun dilakukan dengan administrasi Persib Bandung dan Viking untuk melaksanakan pengembangan masalah ini.

Untuk para pelaku, polisi menerapkan Pasal 170 KHU Pidana wacana Penganiayaan yang Dilakukan Bersama-sama hingga Menyebabkan Korbannya Meninggal Dunia.

Ancaman pidana di atas lima tahun penjara.[tribun]

Sumber http://www.garuda-kita.com/

Comments