17 Bulan masalah penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan masih gelap. Polisi sudah mengusut sejumlah saksi terkait masalah itu, tapi pelaku yang diduga dua orang memakai motor itu belum ketemu.
Jubir Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade menilai, rezim Presiden Joko Widodo tak punya niat untuk mengungkap masalah Novel. Dibutuhkan political will untuk mengungkap siapa dalang penyiraman penyidik senior antirasuah itu.
"Sederhana niat baik pemerintah enggak ada, politik will-nya enggak ada. Inikan sudah hampir 18 bulan, masalah tanpa ada kepastian," kata Andre ketika dihubungi merdeka.com, Senin (24/9).
Andre mengatakan, KPK dan sejumlah LSM mendesak Jokowi membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengungkap masalah tersebut. Sayang, kata Andre, tidak ada impian dari Jokowi.
"Pak Jokowi tidak punya political will mau mendukung hal itu," tutur dia.
Akibat penyiraman air keras, mata Novel tak bisa lagi melihat dengan baik. Sekalipun sudah melaksanakan operasi di Singapura, matanya tak bisa pulih ibarat sediakala.
Andre menjanjikan, datang bulan sehabis Prabowo-Sandiaga dilantik jadi presiden dan wakil presiden, pelaku penyiraman dan dalang masalah itu terungkap. Dia yakin, masalah itu bisa terungkap kalau TGPF dibentuk.
"Pak Prabowo memimpin Indonesia, 3 bulan masalah Novel selesai. Apalagi yang getol bicara masalah Novel, Dahnil sudah sama kami," terang Andre.
Koordinator Jubir Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak juga menjamin keadilan bagi Novel Baswedan kalau kubunya menang Pilpres 2019. Namun, ia menolak bicara panjang lebar wacana masalah tersebut.
Dahnil menyatakan, Prabowo-Sandiaga tentu fokus menghadirkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Termasuk keadilan di bidang ekonomi untuk memperkecil ketimpangan si kaya dan si miskin.
"Kita terus fokus pada 2 hal, ialah menghadirkan keadilan dan kemakmuran, kita menyebutnya adil dan makmur," terperinci Dahnil.
Novel masih diancam
Sampai ketika ini, Novel Baswedan mengaku masih kerap mendapat ancaman. Namun ia tak gentar dan tetap berjuang memberantas korupsi.
Novel memberikan itu usai diskusi bertema Pelopor Perubahan Bangda di Era Milenial di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari, DIY, Rabu (19/9). Dari legalisasi Novel, ia sering melihat ada orang yang mengintai rumahnya. Ini diketahuinya dari foto milik tetangganya.
"Sampai kini saya masih diancam. Saya sanggup foto dari tetangga beberapa orang mengintai rumah saya. Kejadian ini sama sekali tidak saya sesali dan tidak menciptakan saya menjadi takut," ujar Novel, Rabu (19/9).
Hingga ketika ini Novel masih menangani perkara-perkara korupsi besar. Bahkan melibatkan durjana kelas kakap. Meskipun demikian bahaya yang dirasakan tak akan mengganggu penanganan masalah yang tengah ditangani Novel.
Novel menjabarkan, bahaya tak hanya dialami olehnya. Penyidik KPK lainnya juga mengalami hal yang serupa.
Terkait pengungkapan masalah yang dialaminya, Novel mengaku sudah pasrah. Meski begitu ia mempertanyakan tugas negara dalam memperlihatkan rasa kondusif terhadap para anggota KPK.
"Pada dasarnya bukan duduk masalah ancamannya tapi negara di mana? Itu kan yang penting. Saya pernah hingga bilang sepakat lah kalau masalah saya tidak mau diungkap tidak apa-apa terserah. Saya juga sudah maafkan. Saya cuma bilang penyerangan kepada orang-orang di KPK itu diungkap deh. Tidak usah masalah saya (diungkap). Itu banyak insiden (anggota KPK diancam)," urai Novel. [opini-bangsa.com / merdeka]
Sumber http://www.garuda-kita.com/
Comments