Curhatan Prabowo: Aku Mungkin Termasuk Eksklusif Yang Sentimentil


 Aktivis Ratna Sarumpaet menciptakan geger publik dengan mengaku telah berbohong telah dianiaya. Sontak hal itu menciptakan kecewa banyak pihak, tak terkecuali calon presiden Prabowo Subianto.

Saat kabar penganiayaan beredar di media sosial, Prabowo bersama Waketum Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat Fadli Zon dan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais eksklusif menemui Ratna. Mantan Danjen Kopassus itu menerima gosip eksklusif dari Ratna bahwa penganiayaan itu benar terjadi.

Usai menerima gosip itu, Prabowo pada Selasa (2/10/2018) eksklusif menggelar konferensi pers di kediamannya, Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan menyatakan mengutuk penganiayaan yang menimpa Ratna Sarumpaet yang juga juru kampanye nasional (Jurkamnas) Prabowo-Sandi.

Prabowo pun menuangkan kekecewaan atas ulah Ratna dalam fanpagenya, Kamis (4/10/2018). Berikut 'curhatan' Prabowo:

Saya mungkin termasuk pribadi yang sentimentil. Praktis tersentuh alasannya yaitu sebuah kabar. Cepat tergerak alasannya yaitu riak. Dan kadang kala simpel bergegas alasannya yaitu tidak sanggup sekedar bersimpati. Dengan perilaku menyerupai itulah saya membuatkan tenggang rasa dengan saudara-saudara yang lain. Setiap kemalangan menimpa salah seorang saudara kita, menjadikan kegelisahan yang sangat pada diri saya. Tidak ada obat gelisah yang lebih mujarab selain bertemu eksklusif dan coba memecahkan dilema yang ada.

Hal itu pula lah yang saya rasakan ketika mendengar simpang siur kabar mengenai kondisi Ibu Ratna Sarumpaet (RS). Foto-foto beredar dengan cepat disertai kronologis insiden yang meyakinkan. Tidak hanya saya, sahabat-sahabat yang lain juga eksklusif tergerak hatinya begitu mendengar kabar sedih yang menimpa beliau. Ibu RS yaitu seorang sahabat, tokoh inspiratif yang konsisten berdiri memunggungi kekuasaan. Teladan yang sudah dibangunnya jauh sebelum periode reformasi. Seorang seniman yang mengatakan bahwa seni mengabdi pada kemanusiaan bukan pada kekuasaan.

Saya terluka begitu mendengar kabar wacana beliau. Asumsi-asumsi cepat berkembang mengenai insiden yang menimpa Ibu RS. Saya cepat mengambil sikap, apapun latar peristiwanya maka aturan harus ditegakkan. 

Lewat banyak sekali cara, karenanya saya sanggup dipertemukan dengan beliau. Sayangnya, pertemuan itu tidak jua membuka kotak pandora peristiwa. Pengakuan yang disampaikan Ibu RS eksklusif kepada saya malahan memperkuat sinyalemen-sinyalemen yang berkembang. 

Baru belakangan, Ibu RS membuka pengukuhan mengejutkan yang sudah kita ketahui semua, bahwa fakta sebetulnya jauh menyimpang dari kisah sebelumnya.

Saya sadar, sebagai insan saya tidak luput dari kesalahan. Sikap sentimentil yang bersumber dari tenggang rasa dan peduli sejenak menciptakan kita lupa untuk mawas diri. Tetapi apa daya, ekspresi sudah melontarkan kata dan ingatan merangkumnya jadi peristiwa. Riak sehari menjadi gelombang yang menjadikan kegelisahan di tengah sedih yang menimpa bangsa.

Sebagaimana insan biasa, saya menghaturkan maaf atas kekhilafan yang terjadi. Tidak sedikit pun terbersit niat untuk menjadikan kegaduhan dari insiden ini, hanya naluri kemanusiaan. Sebagai seorang pemimpin, tentu kata maaf saja tidak cukup. Sebab bukan kata tetapi tindakan yang akan menciptakan perbedaan. Karena itu saya memutuskan untuk memberhentikan Ibu RS dari jabatan dia di Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto – Sandi Uno. Sebagai teman, saya akan terus mengatakan kepedulian tetapi sebagai pemimpin saya tidak sanggup mentolelir kebohongan.

Saya berharap kita sanggup mencar ilmu banyak dari peristwa ini. Bahwa itikad baik saja tidak cukup tetapi harus dilandasi kejujuran hati. Semoga hari-hari ke depan, kejujuran menjadi perilaku hidup kita biar tidak ada lagi itikad baik yang dibunuh oleh kebohongan. - PSD - [tsc]

Sumber http://www.garuda-kita.com/

Comments