Dalam akun Twitternya, Ferdinand menuliskan kalau sebaiknya Ketum Kowani ini perlu merefleksi saraf-saraf otak.
Ia juga menyarankan biar lebih banyak membaca keragaman nusantara.
Sebab, kata dia, di Jawa ketika ini masih banyak panggilang si Mbok, lalu di kampunya juga banyak yang dipanggil Emak atau Omak.
Ia pun mempertanyakan kenapa Giwo Rubianto Wiyogo malah melarang kata 'emak' tersebut.
"Jika benar kalimat dalam video ini disampaikan oleh inu ini, mk saya pikir ibu ini perlu refleksi saraf2 otak dan lebih banyak membaca keragaman nusantara.
Di Jawa sana msh banyak panggilan si Mbok, dikampungku dipanggil Emak atau Omak.
Ibu bangsa koq melarang kata Emak?," tulisnya dilansir TribunnewsBogor.com, Minggu (16/9/2018).
Ia juga memposting video pernyataan Ketum Kowani itu dalam cuitannya.
Jika benar kalimat dalam video ini disampaikan oleh inu ini, mk saya pikir ibu ini perlu refleksi saraf2 otak dan lebih banyak membaca keragaman nusantara.— 🇮🇩FERDINAND HUTAHAEAN🇮🇩 (@LawanPoLitikJW) 16 September 2018
Di Jawa sana msh banyak panggilan si Mbok, dikampungku dipanggil Emak atau Omak.
Ibu bangsa koq melarang kata Emak? pic.twitter.com/tyEJfIr21y
Begini pernyataan dalam video tersebut :
"Kami tidak mau kalau perempuan-perempuan Indonesia yang sudah mempunya konsep Ibu Bangsa semenjak tahun 1935 sebelum kemerdekaan, kalau dibilang emak-emak.
Kami tidak setuju, tidak ada 'the power of emak-emak', yang ada 'the power of Ibu Bangsa'".
Setelah itu, Ferdinand melanjutkan lagi pembahasannya soal emak-emak. Ia mempertanyakan apa urusan Ketum Kowani soal panggilan emak-emak.
Sebab kata dia, banyak perempuan yang suka disebut emak-emak. Ia pun menyindir Ketum Kowani itu ingin sok beradab, hingga sok ibu sosialita.
Urusan apa ia soal panggilan Emak? Lah banyak yg suka disebut emak2 lu mau apa?— 🇮🇩FERDINAND HUTAHAEAN🇮🇩 (@LawanPoLitikJW) 16 September 2018
Lu mau sok beradap? Sok strata tinggi? Sok kelas sosial tinggi? Sok ibu yg sosialita? Ngehek lu 😂😂😂
Hidup PARTAI EMAK-EMAK @PEPESOfficial
Dilansir dari Kompas.com, Ketua Kongres Wanita Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo tidak sepakat kalau perempuan Indonesia disebut "emak-emak".
Hal itu disampaikan Giwo dalam sambutannya di program Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35 .
"Kami tidak mau, kalau kita perempuan-perempuan Indonesia dibilang 'emak-emak'. Kami tidak setuju," ujar Giwo dalam, Jumat (14/09/2018).
Giwo mengatakan, kongres perempuan Indonesia II tahun 1935 di Jakarta menghasilkan beberapa keputusan penting.
Salah satunya yaitu kewajiban utama perempuan Indonesia, yakni menjadi " ibu bangsa".
"Perempuan Indonesia yang sudah mempunyai konsep ibu bangsa semenjak tahun 1935 sebelum kemerdekaan. Tidak ada the power of emak-emak, yang ada the power of ibu bangsa," ucapnya disambut tepuk tangan seluruh penerima yang hadir.
Giwo menuturkan pada peringatan Hari Ibu pada 22 Desember 2017 di Papua, Presiden Joko Widodo memberikan kiprah ibu bangsa.
Presiden menyampaikan kiprah ibu bangsa jangan dipandang sebagai beban, melainkan suatu kehormatan.
"Peran ibu bangsa yakni kiprah mempersiapakan generasi muda yang berkarakter unggul, mempunyai daya saing, inovatif, kreatif serta mempunyai wawasan kebangsaan yang militan," tandasnya. [tribun]
Sumber http://www.garuda-kita.com/
Comments