Rizal Ramli Tantang Pemerintah Untuk Naikkan Pajak Impor Baja China


 Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan. Siang ini, berdasarkan data perdagangan Reuters, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.070.

Atas kondisi ini, ekonom senior Rizal Ramli mengatakan, nilai tukar rupiah yang kembali melemah ini gres permulaan. Menurutnya, ke depannya, Indonesia harus waspada terhadap gejolak rupiah yang dapat saja terjun bebas lebih dalam.

“Apakah Rp 15.000 ini akhirnya? Tidak. Ini gres permulaan,” kata ia dalam Seminar Partai Golkar dengan Rezim Devisa dan Strategi Menghadapi Pelemahan Tukar Rupiah untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Nasional di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/10).

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini membeberkan alasannya. Pertama, ia menilai angkah-langkah Kementerian Keuangan dan menteri-meneri ekonomi lainnya berada 'behind the curve'. Sebagai contoh, kebijakan yang terbaru yaitu menaikkan tarif pajak dari 2,5 persen hingga 7 persen untuk 1.147 komoditas.

Kebanyakan dari 1.147 komoditas itu, berdasarkan Rizal, didominasi oleh barang-barang yang nilai impornya kecil menyerupai sabun, lipstik, baju, dan lainnya.

Diperkirakan total nilai impornya hanya USD 5 miliar. Belum lagi, lanjut dia, kebanyakan hanya menyentuh pengusaha menengah tapi tidak berani menyentuh 10 barang impor terbesar Indonesia yang mencapai 67 persen dari impor.

Dia menyebut, 10 besar impor ini di antaranya ialah baja yang harusnya dikenakan tarif tinggi. Tapi, kata dia, pemerintah tidak berani mengambil langkah-langkah mengurangi impor baja.

“Padahal pabrik baja Indonesia menyerupai Krakatau Steel merugi alasannya ialah kalah dengan impor baja dan produk baja dari China. Produksi mereka di sana ada excess capacity. China banting harga dan dumping baja ke Indonesia dengan total Impor USD 10,6 miliar,” lanjutnya.

Rizal mengatakan, seharusnya pemerintah berani mengambil langkah-langkah, menghadapi, dan menuntut China alasannya ialah melaksanakan dumping atau berlakuan tarif anti dumping 30 persen. Kalau ini dilakukan, Rizal memperkirakan, impor dapat berkurang dari USD 10 miliar ke USD 4-5 miliar sehingga Krakatau Steel dan lain-lainnya pun untung.

Rizal meramal pelemahan rupiah dapat bergerak melemah lagi alasannya ialah beberapa faktor lain menyerupai kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed.


Faktor lain ialah alasannya ialah Indonesia masuk dalam emerging market. Dengan mempunyai utang luar negeri yang secara umum dikuasai dolar AS, ini juga akan menciptakan ekonomi Indonesia semakin terperosok.

“Karena komposisi dolar dari derma kita, dari pasar uang kita itu tinggi. Dan kebanyakan analis asing masih gunakan data kuartal yaitu CAD minus USD 2,5 miliar. Kalau gunakan CAD final semester 1 yang minus USD 8 miliar dan asumsi BI bahwa CAD bakal minus USD 25 miliar, terperinci itu akan punya dampak,” jelasnya.

Terakhir ialah perang dagang AS-China. Ini menurutnya akan menciptakan China tidak dapat jualan ke AS. Dengan begitu, akan banyak barang asal China masuk ke Indonesia.

“Kalau cara pengambilan kebijakan makro ekonomi kita sangat super konservatif, yaitu austertity pada dikala ekonomi sedang alami perlambatan, maka jangan asing jikalau ekonomi kita nyungsep atau mutar-mutar di 5 persen,” katanya. [portal-bersama.com / kumparan]

Sumber http://www.garuda-kita.com/

Comments