Genderang kampanye Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 di Indonesia dimulai seiring pembukaan dan deklarasi kampanye tenang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Silang Monas Jakarta pada Minggu, (23/9) kemarin.
Jauh hari sebelum masa kampanye dimulai, sejumlah peretas atau hacker asal Rusia dikabarkan telah berada di Indonesia.
Mereka disebut telah datang pada ketika pencalonan presiden sedang berjalan.
Menurut Pengamat Intelijen, Nuruddin Lazuardi, peretas Rusia yang dimaksud juga merupakan 'think-tank' ketika kampanye pemenangan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016.
Tidak hanya di Amerika Serikat, para peretas ini juga pernah terlibat di dalam delapan pilpres negara lainnya.
"Iya aku sudah tahu soal itu. Ada pembicaraan antara mereka dengan beberapa politisi. Tim ini sudah ada semenjak usang dan itu hal yang biasa saja," ungkap Nuruddin, Senin (24/9).
Katanya, diduga para hacker ini sudah bertemu dengan beberapa petinggi partai politik di Indonesia.
Namun, ia masih belum tahu apakah dalam pembicaraan itu biro Rusia ini mengatasnamakan pemerintah Rusia atau bergerak membawa institusi perusahaan.
"Yang itu aku belum tahu. Apa mereka atas nama pemerintah Rusia atau murni bisnis, aku tidak paham," ujarnya.
Dalam pekerjaannya, peretas dari Rusia ini akan lebih banyak bermain di media sosial, sama halnya ketika kampanye Trump di Amerika Serikat.
Mereka akan bermain di algoritma media sosial.
"Mereka akan mengandalkan teknologi yang dimiliki untuk pilpres 2019 ini. Mereka main di Facebook dan Twitter khususnya. Kalau Instagram aku pikir tidak," terang dia.
Caranya, biro tersebut akan 'memotong' algoritma di jejaring Facebook dan Twitter yang mengunggah konten tidak menyenangkan bagi pasangan calon yang dibela.
Selain itu, mereka juga akan memviralkan pasangan calon yang dibela di semua media sosial.
Ketika sudah viral, maka konten tersebut akan diangkat menjadi pemberitaan oleh media arus utama.
"Mainnya di viral. Kalau ada konten yang menyudutkan, biasanya oleh mereka di "cut" langsung. Kalau sudah viral, nanti kan jadi informasi juga di media mainstream," urainya.
Ditanya untuk siapa mereka bekerja, Nuruddin enggan menjawabnya.
"Ya lihat saja nanti lah. Siapa yang beri jatah banyak untuk Rusia bila menang, ya itu ia yang pegang," tukasnya.
Tribun mencoba mengklarifikasi informasi ini pada dua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung dalam Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.
Wakil Direktur Informasi dan Teknologi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno, Vasco Ruseimy, membantah adanya tugas biro yang menaungi hacker asal Rusia itu.
Menurutnya, tidak ada jalan masuk kubu mereka ke peretas asal Rusia tersebut.
Terlebih, pasangan nomor urut 02 sudah merasa cukup dengan adanya pinjaman dari relawan yang bergerak selama ini di media sosial.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa terlalu jauh mengaitkan pilpres 2019 kali ini dengan hadirnya peretas Rusia yang pernah terlibat dalam kampanye Donald Trump di Amerika Serikat.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni menyampaikan sejauh ini timnya masih percaya dengan kemampuan anak bangsa.
Masyarakat, kata dia, menjadi konsultan politik pasangan nomor urut 01 itu.
"Kami masih percaya dengan anak bangsa. Tidak perlu konsultan politik dari luar negeri," tegasnya.
Dia menyatakan, apabila benar ada pihak yang memakai jasa asing, maka sudah sanggup dipastikan akan diintervensi kebijakan-kebijakannya. [tribun]
Sumber http://www.garuda-kita.com/
Comments